UPAYA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN
DIDUKUNG DENGAN PEMBERIAN TUGAS PEMBUATAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) PADA SUB MATERI
PROTOZOA DI KELAS X SMA NEGERI I KEDUNGADEM BOJONEGORO
0leh :
Ririn mulyani
(10640004)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS BAHASA DAN SAINS
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan memiliki peranan penting dalam perkembangan suatu bangsa,
tidak terkecuali bangsa Indonesia.
Karena pendidikan merupakan salah satu tonggak dalam kelangsungan hidup suatu
bangsa dan juga sebagai salah satu cara untuk mencerdaskan bangsa (seperti
tercantum dalam pembukaan UUD 1945) maka pemerintah secara terus menerus
memperbaiki sistem dan struktur yang terkait dengan dunia pendidikan. Salah
satu upaya pemerintah dalam memperbaiki sistem dan struktur tersebut adalah
dengan dilakukannya perubahan-perubahan / penyempurnaan kurikulum serta
peningkatan mutu pendidikan.
Dalam sejarah kurikulum pendidikan Indonesia, Indonesia sudah
mengalami perubahan kurikulum beberapa kali. Saat ini kurikulum yang digunakan
adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), di mana guru diberi keleluasaan
untuk mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah
ditentukan oleh pemerintah pusat menjadi indikator-indikator yang disesuaikan
dengan keadaan di sekitar sekolah dan kebudayaan di daerah yang bersangkutan.
Mengenai peningkatan mutu tenaga pendidik, guru dituntut untuk lebih
kreatif dalam menentukan indikator-indikator yang sesuai dengan Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Untuk mencapai indikator belajar, guru diberi
keleluasaan pula dalam menentukan model-model pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan materi yang diajarkan.
Pada dasarnya belajar adalah
merupakan perubahan seseorang dari tidak bisa menjadi bisa atau dari tidak tahu
menjadi tahu. Dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) guru diharapkan bisa
membantu menjadikan perubahan tersebut. Namun perlu digaris bawahi bahwa peran
guru di sini hanya sebagai fasilisator. Siswa sendiri yang harus berusaha
menjadikan kegiatan belajarnya berhasil. Selama ini kegiatan belajar mengajar
selalu berorientasi pada teacher center,
yang artinya bahwa gurulah yang menjadi pusat dari kegiatan belajar mengajar.
Guru yang lebih berperan aktif dalam KBM. Budaya seperti ini harus dirubah agar
hasil KBM menjadi lebih baik. Kegiatan
teacher center diganti dengan student
center dimana siswa yang menjadi subyek dalam KBM. Diharapkan siswa yang
berperan aktif dalam KBM.
Pendidikan yang bermutu tinggi perlu mengkaji metode dan alat yang
digunakan sesuai dengan tujuan dan kemampuan anak didik. Belajar yang baik
tentunya dituntut adanya aktivitas yang penuh dari siswa. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat sangat berpengaruh terhadap siswa dalam meraih
ketuntasan belajar. Berdasarkan hal tersebut guru harus pintar-pintar dalam
memilih model pembelajaran. Model-model pembelajaran yang ada sekarang inipun
sangat beraneka ragam, salah satunya adalah model
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
berpusat pada siswa (Nurdan Wikandari, 2000). Menurut Arends (dalam Ibrahim,
dkk, 2005) pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang menghendaki adanya
kerjasama siswa dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu untuk memahami
materi pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman serta kegiatan
lainnya dengan mencapai prestasi belajar tertinggi. Belajar dianggap belum
selesai jika salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai meteri
pelajaran.
Dalam model pembelaajaran kooperatif terdapat 4 pendekatan utama
yang dikembangkan, yaitu (a) pendekatan Student
Team Achievement Division (STAD),
(b) pendekatan jigsaw, (c) pendekatan
investigasi kelompok, (d) pendekatan struktural
yang meliputi Think-Pair-Share (TPS)
dan Numbered Heads Together (NHT).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan Struktural Numbered Head Together (NHT). Dipilih pendekatan Numbered Head
Together (NHT) Karena pendekatan ini penekanannya pada pendekatan struktur
tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini
menghendaki siswa bekerjasama dan saling membantu dalam kelompok kecil dan
lebih bercirikan penghargaan kooperatif daripada individual. Pendekatan
Numbered head together (NHT) memanfaatkan tutor sebaya dan mengurangi dominasi
siswa.
Pendekatan Numbered Head Together (NHT) sesuai dengan kondisi siswa
yang selama ini pasif dalam pembelajaran
dan sering kali didominasi oleh siswa tertentu. Siswa yang terlibat
dalam pembelajaran hanya sedikit. Hanya siswa-siswa yang aktif saja yang mau
berpartisipasi sedangkan siswa yang pasif hanya memilih diam, duduk, dan
mendengarkan. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk membuat kegiatan belajar
lebih menarik, dapat membuat siswa termotivasi dalam mengikuti pelajaran dan
meningkatkan aktifitas siswa, karena dalam pembelajaran kooperatif menuntut
siswa untuk bekerjasama, nilai yang didapat oleh individu adalah nilai kelompok
sehingga setiap anggota kelompok saling menentukan keberhasilan anggota
kelompok yang lain.
Perhatian peneliti juga tertuju pada bagaimana cara meningkatkan
hasil belajar siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) menjadi lebih baik. Cara yang digunakan oleh peneliti adalah
dengan memberikan tugas pembuatan teka-teki silang (TTS) yang berkaitan dengan
materi pelajaran kepada siswa secara individual.
B. Perumusan masalah
Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang muncul
adalah:
1.
Bagaimana pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam
meningkatkan hasil belajar siswa?
2.
Bagaimana pengaruh
pemberian tugas pembuatan teka-teki silang (TTS) pada model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa?
C. Tujuan penelitian
1.
Mengetahui proses belajar
mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT).
2.
Mengetahui hasil belajar
siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
3.
Mengetahui pengaruh
pemberian tugas pembuatan teka-teki silang (TTS) pada model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa.
D. Manfaat penelitian
1.
Dapat digunakan sebagai
masukan bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT).
2.
Mensosialisasikan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
3.
Memberi masukan pada guru
dalam pemberian tugas pembuatan teka-teki silang (TTS) pada model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dalam meningkatkan hasil belajar
siswa.
E. Asumsi dan pembatasan
penelitian
1.
Asumsi
Pada penelitian diasumsikan bahwa semua
siswa dalam satu kelas penelitian mempunyai kemampuan yang sama/ sejajar dan
masing-masing siswa diasumsikan mempunyai kemampuan akademik, kemampuan sosial
dan kondisi ekonomi yang heterogen.
2.
Pembatasan penelitian
Mengingat keterbatasan waktu, fasilitas dan
lain-lain. Kegiatan penelitian ini memiliki beberapa batasan sebagai berikut:
a.
Subjek penelitian pokok adalah
siswa kelas X SMA Negeri I Kedungadem Bojonegoro. Yang ditetapkan berdasarkan
rata-rata nilai ujian akhir mata pelajaran Biologi semester sebelumnya.
b.
Model pembelajaran diterapkan
masing-masing dua kali pertemuan.
c.
Materi yang dijadikan objek
penelitian adalah materi Invertebrata.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 Model pembelajaran
Menurut Soekamto
1997, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran
tidak hanya terbatas oleh 1 atau 2 model saja. Karena begitu beranekaragamnya
materi sehingga tercipta berbagai model
pembelajaran. Banyak diciptakan model-model pembelajaran yang baru karena
ternyata ada beberapa materi yang tidak cocok bila menggunakan model
pembelajaran yang lama.
Menurut Kardi dan
Nur (2000). Model pembelajaran menunjukkan suatu pendekatan pembelajaran
tertentu yang meliputi tujuannya. Dalam model pembelajaran terdapat 4 ciri yang
tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu, ciri-ciri itu antara lain:
1)
Rasional teoritik yang logis
yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.
2)
Landasan tentang apa dan
bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai)
3)
Tingkah laku mengajar yang
diperlukan agar model pembelajaran tersebut dapat di laksanakan dengan
berhasil.
II.2 Model pembelajaran
kooperatif
Model pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dari sekian banyak model
yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (Nur dan Wikandari,
2000 ), pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menghendaki
siswa bekerja dalam kelompok kecil, saling membantu untuk memahami materi
pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman serta kegiatan lainnya
dengan tujuan mencapai prestasi belajar tertinggi. Belajar belum dianggap
selesai bila salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai materi
pelajaran.
Pada pembelajaran
kooperatif terdapat pendekatan utama, yaitu : (a) pendekatan Student Team Achievment Division (STAD) , (b) pendekatan
jigsaw, (c) pendekatan investigasi kelompok , (d) pendekatan struktural yang
meliputi Numbered Head Together (NHT) dan Think-Pair-Share (TPS).
Dengan model
pembelajaran kooperatif, siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut
dengan temannya (Nur dan Wikandari, 1999). Siswa dikondisikan dalam
kelompok-kelompok kecil dengan anggota kelompok yang heterogen (baik kemampuan,
jenis kelamin, suku dan ras) sehingga mereka dapat saling membantu satu sama
lain.
1.
Teori- teori yang melandasi pembelajaran koopertif
Suatu model
pembelajaran pasti didukung oleh teori-teori yang melandasi suatu model
pembelajaran. Begitu pula dengan model pembelajaran kooperatif. Adapun
teori-teori yang melandasi model pembelajaran ini adalah:
a)
teori perkembangan intelektual
Piaget
Menurut piaget (dalam
Nur, 1998), perkembangan anak sebagian besar tergantung pada seberapa jauh anak
mampu memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkunganya. Dalam pandangan Piaget
pengetahuan berasal dari tindakan dan adaptasi dilakukan melalui proses
asimilasi dan akomodasi.
b)
teori sosial-historis
perkembangan intelektual Vigotsky
Menurut Vigotsky
(dalam Nur, 1998), perkembangan kognitif tergantung pada masa kanak-kanak.
Pengetahuan anak, sikap dan nilai berkembang melalui interaksi sosial. Vigotsky
yakin bahwa bahasa berperan sangat penting dalam perkembangan interaksi
kognitif. Kontribusi ysng sangat penting dari teori Vigotsky adalah penekananya
pada hakikat Sosiokultural pembelajaran. Vigotsky menyatakan bahwa pembelajaran
terjadi apabila anak berada pada zona perkembangan Proksimal.
c)
John Dewey dan Herbert Thelen
Menurut John Dewey
(Ibrahim dkk, 2005) menyatakan bahwa guru harus menciptakan sistem sosial di
dalam lingkungan belajarnya yang mempunyai ciri dengan prosedur demokrasi dan
proses ilmiah. Tanggung jawab utama guru adalah memotivasi siswa untuk belajar
secara kooperatif dan memikirkan ketrampilan sosial penting yang muncul pada
hari itu. Cara rasional untuk mencapai tujuan pendidikan yang penting adalah
dengan menstrukturkan kelas dan aktifitas belajar siswa sedemikian rupa
sehingga tercapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Dewey juga
menyatakan bahwa kelas seharusnya menjadi cermin masyarakat yang lebih besar
dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata.
d)
Belajar berdasarkan masalah
Pandangan terakhir
yang memberikan dukungan teoritis untuk pembelajaran koopertif dari para ahli
dan peneliti yang tertarik tentang bagaimana individu belajar dari pengalaman.
Pengalaman memberikan banyak sumbangan terhadap apa yang dipelajari seseorang.
Pengalaman memberikan seseorang wawasan pemahaman dan teknik-teknik yang sulit
untuk dipaparkan kepada seseorang yang tidak memiliki pengalaman serupa.
e)
Teori Thelan
Herbert Thelan dalam
Rachmadiarti (2001) mengembangkan prosedur yang lebih tepat untuk membantu
siswa bekerja dalam kelompok. Ia juga berargumen bahwa kelas haruslah menjadi
laboratorium atau miniatur demokrasi yang bertujuan untuk mengkaji masalah-masalah
sosial dan antar pribadi. Thelan yang tertarik dengan dinamika kelompok
mempersiapkan dasar konseptual untuk pengembangan masa kini pembelajaran
kooperatif.
f)
Teori Gordon Alport dan Relasi
Shlomo Sharan dalam
Ibrahim (2000), mengikhtisarkan 3 kondidsi dasar yang dirumuskan Gordon Alport
untuk mencegah terjadinya kecurigaan antar ras dan etnis, yaitu (1) kontak
langsung antar jenis, (2) sama-sama berperan serta dalam kondisi status yang
sama antara anggota dari berbagai kelompok dalam suatu setting tertentu, (3) di
mana setting itu secara resmi mendapat persetujuan kerjasama antar etnis.
2.
Tujuan pembelajaran kooperatif
Dalam Ibrahim
dkk.2000 model pembelajaran koopertif setidak-tidaknya memiiliki 3 tujuan
antara lain:
a)
hasil belajar akademik
Model pembelajaran
kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep sulit.
Model pembelajaran ini juga dapat memberi keuntungan baik bagi siswa maupun kelompok
atas kerjasama yang dilakukan dalam menyelesaikan tugas akademik siswa kelompok
atas akan menjadi tutor siswa kelompok bawah sehingga kemampuan akademiknyapun
meningkat. Sedangkan siswa kelompok rendah akan terbantu dalam menyelesaikan
tugas akademik oleh kelompok siwa atas.
b)
penerimaan terhadap perbedaan
individu
Model pembelajaran
kooperatif membuka peluang besar dalam penerimaan terhadap orang yang berbeda
menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan atau ketidakmampuan. Pembelajaran
kooperatif juga memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan
kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atau tugas bersama, dan
melalui struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama
lain.
c)
pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran
kooperatif mengajarkan pada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan
ini sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat dimana sebagian besar kerja
orang dewasa dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain
dan dimana masyarakat secara budaya sangat beragam. Untuk itu pembelajaran
kooperatif sangat berguna dan bermanfaat bagi siswa sebagai bekal hidup di
masyarakat.
3.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Arend (dalam ibrahim, 2000)
menyatakan kebanyakan pembelajaran yang menerapkan model kooperatif memiliki ciri sebagai
berikut:
a)
siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya
b)
kelompok dibentuk dari siswa
yang memilki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c)
Anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda.
d)
Penghargaan lebih berorientasi
kelompok daripada individu.
4.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Dalam pembelajaran
kooperatif terdapat 6 langkah. Langkah-langkah tersebut adalah:
Fase
|
Tingkah laku guru
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan
memotivasi siswa
|
Fase 2
Menyajikan informasi
|
Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan demonstrasi atau
bahan bacaan
|
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu siswa agar melakukan transisis secara efesien.
|
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
|
Fase 5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi tentang materi yang dipelajari siswa atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase 6
Memberi penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar siswa.
|
5.
Keuntungan pembelajaran kooperatif
Beberapa keuntungan
dalam pembelajaran kooperatif antara lain (dalam Indana, 1998):
1)
siswa bekerja sama dalam
mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
2)
Siswa aktif membantu dan
mendorong semangat untuk sama-sama berhasil.
3)
Aktif berperan sebagai tutor
sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
4)
Interaksi antar siswa seiring
dengan peningkatan kemampuan mereka berpendapat. Interaksi antar siswa juga
meningkatkan perkembangan kognitif yang non konservatif menjadi konservatif
(teori Piaget).
II.3 Model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
Menurut Kagen 1993 (dalam
Ibrahim dkk, 2005) Pendekatan Numbered Head Together (NHT) adalah pendekatan
yang melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam
suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut,
sebagai gantinya guru menggunakan 4 langkah sebagai berikut (menurut Arend
dalam Ibrahim, 2000):
1)
Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok
beranggotakan 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara
1-5
2)
Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan
kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat spesifik atau
berbentuk kalimat tanya.
3)
Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap
jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui
jawaban itu.
4)
Menjawab
Guru memanggil satu nomor tertentu,
kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Pendekatan Numbered Head
Together (NHT) dapat digunakan untuk melibatkan banyak siswa dalam menelaah dan
mengecek pemahaman materi tertentu. dengan penerapan struktur ini siswa
diharapkan aktif dalam proses pembelajaran. Struktur Numbered Head Togeteher
(NHT) dapat digunakan guru untuk mengajarkan isi akademik atau mengecek
pemahaman siswa terhadap isi materi tertentu. (Ibrahim, 2000). Dengan
pendekatan Numbered Head Together (NHT), dalam pembelajaran sains Biologi dapat
memecahkan masalah dengan berinteraksi dalam kelompok sedangkan guru hanya
berperan sebagai pembimbing dalam pemecahannya.
II.4 Pemberian tugas siswa
II.5 Hasil belajar
Benjamin S Bloom
dalam Waluyo (1998) membagi tujuan pembelajaran dalam tiga ranah, yakni ranah
kognitif (pengetahuan), ranah efektif (keinginan) dan ranah psikomotor (tidak
psikis) tujuan pembelajara ini berhubungan erat dengan hasil belajar karena
hasil belajar yang dicapai siswa harus sesuai dengan indikator.
Ranah kognitif
berhubungan dengan kamampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan mengevaluasi.
Evaluasinya dalam pembelajaran dapat berupa tes tertulis seperti tes obyektif
(memilih jawaban).
Ranah efektif
mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai.
Sedangkan ranah psikomotor adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, seperti
melompat, melukis, menari dan sebagainya. Evaluasi ranah psikomotor dalam
pembelajaran adalah penskoran tes kinerja (tes praktikum, praktek olahraga atau
memperagakan sesuatu). Dalam penilaian kinerja dapat dilakukan dengan rubrik
yang nengandung kategori spesifik (misalnya skor 4 untuk kinerja yang baik
sekali, 3 untuk kinerja yang baik, 2 untuk kinerja yang cukup dan 1 untuk
kinerja yang kurang baik).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif
kuantitatif dengan kategori eksperimen semu atau peneletian pra eksperimental karena dalam penelitian ini hanya
menggunakan satu kelompok yang dikenai perlakuan dan tidak adanya kelompok kontrol.
Dimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran terinci dari
situasi dan fenomena yang terjadi pada obyek penelitian (Arikunto, 1998).
Sehubungan dengan hal tersebut penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran terperinci dari penerapan model pembelajaran Koopertif tipe Numbered
Head Together (NHT) didukung dengan pemberian tugas pembuatan teka-teki silang (TTS).
B. Tempat dan waktu
penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I
Kedungadem Bojonegoro dan dilaksanakan pada semester 1.
C. Sasaran penelitian
sasaran penelitian ini adalah siswa kelas X
SMA dengan subyek penelitian kelas X.
SMA Negeri I Kedungadem Bojonegoro yang berjumlah masing-masing kelas
adalah siswa. Dalam hal ini peneliti
sebagai guru.
D. Rancangan penelitian
Penelitian ini dilakukan dnegan menggunakan
Desain One Shot Case Study dengan
rancangan penelitian sebagai berikut:
|
Keterangan :
X = Perlakuan yaitu penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) didukung dengan pemberian tugas
pembuatan teka-teki silang (TTS).
O = Hasil belajar sesudah perlakuan berupa
nilai tes (Arikunto, 1998).
E. Variabel penelitian
1.
Variabel bebas
Variabel bebas adalah perlakuan yang
diberikan pada subyek penelitian. Pada penelitian ini yang termasuk dalam
variabel bebas adalah :
a.
model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT)
b.
pemberian tugas pembuatan
teka-teki silang (TTS)
2.
Variabel kontrol
Pada penelitian ini yangmerupakan variabel
kontrol adalah :
a.
siswa
b.
materi pelajaran
3.
Variabel terikat
Variabel terikat adalah hasil yang
diperoleh setelah perlakuan. Pada penelitian ini yang termasuk variabel terikat
adalah :
a.
Efektifitas pembelajaran
b.
Hasil belajar
c.
Respon siswa
d.
Aktivitas siswa
F. Definisi operasional
variabel
1.
Pembelajaran kooperatif tipe
Numberd Head Together (NHT)
Pembelajaran koopertif tipe NHT adalah pembelajaran yang berpusat
pada siswa dimana siswa dikelompokan dalam kelompok-kelompok dan masing-masing
anggota kelompok tersebut mendapat nomor. Nomor-nomor tersebut digunakan untuk
menjawab pertanyaan, mengajukan pertanyaan dan mengemukakan ide. Siswa yang
nomornya sudah diambil maka tidak mempunyai kesempatan lagi untuk menjawab/mengajukan
pertanyaan dan mengemukakan ide.
2.
Pemberian tugas pembuatan
teke-teki silang (TTS)
3.
Efektifitas pembelajaran
Efektifitas pembelajaran adalah tingkat ketercapaian hasil belajar
siswa yang ditunjukkan dengan prosentase yang mencapai 75%.
4.
Hasil belajar
Hasil belajar siswa merupakan pencapaian nilai siswa yang meliputi
segi kognitif dan efektif terhadap materi pelajaran. Hasil belajar siswa pada
tiap pertemuan dihitung dengan menggunakan quis (1, 2, 3 dan 4) sedangkan hasil
belajar akhir siswa dihitung dengan menggunakan tes berupa tes akhir
(instrument 5), dan penilaian efektif dihitung dengan lembar penilaian efektif
(LEK/ LED) (instrument 6 dan 7). Siswa tuntas belajarnya jika mencapai daya
serap atau mendapat skor minimum 75 (Depdiknas, 2003 c) dan suatu kelas
dikatakan berhasil apabila di kelas tersebut mandapat 75 % dari siswa yang
telah mencapai daya serap atau mendapat skor minimum 75.
5.
Respon siswa
Respon siswa merupakan tanggapan dan minat siswa terhadap
pembelajaran yang meliputi model pembelajaran, mata pelajaran, buku siswa, LKS
dan penampilan guru yang diukur dengan menggunakan angket respon siswa
(instrument 8).
6.
Aktivitas siswa
Aktivitas siswa didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan siswa
selama pembelajaran, aktivitas yang diamati terdapat pada lembar pengamatan
aktivitas siswa.
G. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian ini terbagi
menjadi dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
1.
Tahap persiapan
a.
Melakukan wawancara dengan guru
Biologi SMA Negeri I Kedungadem Bojonegoro tentang pembelajaran yang selama ini
terjadi di SMA tersebut. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan
yang terjadi dalam proses balajar mengajar. Selain itu wawancara ini ditujukan
untuk menentukan kelas yang akan dijadikan obyek penelitian.
b.
Mengadakan observasi terhadap
kegiatan belajar mengajar biologi di SMA Negeri I Kedungadem Bojonegoro untuk
mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
c.
Melakukan analisis kurikulum
yang meliputi :
·
Analisis standar kompetensi,
yaitu menganalisis standar kompetensi yang dapat diajarkan dengan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Berdasarkan hasil analisis
diperoleh standar kompetensi… , yaitu :…
·
Analisis kompetensi dasar.
Kompetensi dasar dianalisis sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Pada
materi ini digunakan kompetensi dasar….
·
Analisis indikator. Analisis
ini digunakan sebagai dasar dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Pada
penelitian ini digunakan… indikator. …indikator tesebut akan dijabarkan lagi
dalam tujuan pembelajaran.
·
Analisis tes, analisis ini
dibuat berdasarkan indikator yang sudah dibuat dimana tes yang diberikan kepada
siswa adalah postest (quis) yang diberikan pada akhir pembelajaran.
d.
Menyusun instrument penelitian
Peneliti menyusun instrument penelitian yang terdiri atas perangkat
pembelajaran yang meliputi :
·
Silabus
Silabus merupakan kumpulan dari rencana pmbelajaran (RP) yang
dirancang untuk beberapa pertemuan. Di dalam silabus ini terdapat beberapa
komponen antara lain standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,
strategi pembelajaran, alokasi waktu dan sumber atau bahan.
·
Rencana pembelajaran (RP)
Rencana pembelajaran merupakan perangkat pembelajaran yang dibuat
dan digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam
penelitian ini RP disusun menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT).
·
Buku siswa
Buku siswa merupakan kumpulan dari materi pelajaran.
·
Instrument pembelajaran, antara
lain:
1)
Lembar tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan individu hasil belajar yang ingin
dicapai untuk mengetahui hasil belajar siswa. Tes ini dilakukan setelah materi
selesai.
2)
Lembar pengamatan
Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui situasi kelas pada
saat pembelajaran berlangsung. Lembar pengamatan terdiri dari:
·
Lembar pengamatan PBM dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yang
didukung dengan pemberian tugas pembuatan teka-teki silsng (TTS)
·
Lembar pengamatan aktivitas
siswa.
1)
Angket respon siswa
Lembar angket respon siswa merupakan lembar yang digunakan untuk
mengetahui pendapat atau tanggapan siswa terhadap proses belajar mengajar .
2) Tahap pelaksanaan
Pada pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan RP yang digunakan
dalam dua kali pertemuan.
a.
sebelum pelaksanaan uji coba
peneliti membagi siswa dalam kelompok dengan masing-masing beranggotakan 3-5
siswa dan masing-masing siswa diberi nomor. Penentuan kelompok berdasarkan
tingkat kemampuan siswa dan jenis kelamin.
b.
melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan RP 1 dan RP 2.
c.
memberikan tes berupa tes
formatif setelah kegiatan pembelajaran
selesai dilakukan.
d.
membagikan angket respon siswa
setelah diadakan tes formatif.
H. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang diperlukan,
peneliti menggunakan metode observasi, metode tes dan angket respon.
1.
Metode observasi
Observasi penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat
kegiatan proses belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi yng
terdiri dari :
a.
lembar penngamatan PBM
b.
lembar pengamatan aktifitas
siswa
2.
Metode tes
Tes diberikan untuk mendapatkan tentang hasil belajar siswa ditinjau
dari ketuntasan belajar siswa, tes diberikan setelah pembelajaran selesai.
3.
Metode angket
Angket digunakan untuk memperoleh data respon siswa tentang pembelajaran
yang telah diterapkan. Angket ini diberikan kepada semua siswa setelah tes
formatif dilaksanakan.
I.
Teknik analisis data
Teknik analisiss data dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk menjawab permasalahan dalam rangka merumuskan kesimpulan.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif
yaitu mendeskripsikan kegiatan guru dan siswa selama PBM dan hasil belajar
siswa. Analisis deskriptif yang dilakukan sebagai berikut :
1.
Pengamatan PBM
Analisis pengamatan PBM dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
head Together (NHT) yang didukung dengan pemberian tugas pembuatan teka-teki
silang dinilai oleh pengamat dengan skala penilaian :
1 = kurang baik
2 = cukup baik
3 = baik
4 = baik sekali
Adapun kategori penilaiannya adalah :
0,00 – 0,69 = kurang
1,70 – 2,59 = cukup
2,60 – 3,49 = baik
3,49 – 4,00 = baik sekali
Analisis pengamatan PBM dihitung dengan menggunakan rumus :
Total rata-rata
tiap tahap presentase
Skor rata-rata tiap
tahap =
Komponen pada
tahap tertentu
2.
Aktivitas siswa
Analisis aktivitas siswa dengan menggunakan persentase yakni
menghitung banyaknya kejadian yang muncul selama PBM berlangsung dengan jenis
kegiatan dibagi frekuensi aktivitas keseluruhan dikalikan 100%.
|
Frekuensi aktivitas keseluruhan
3.
Tes hasil belajar siswa
Dari tes hasil belajar siswa dianalisis ketuntasan indikator hasil
belajar yang telah dirumuskan dengan ketentuan jika 75% dari seluruh jumlah
siswa menjawab benar suatu butir tes untuk mengukur suatu indikator, maka indikator
tersebut tercapai.
|
Jumlah seluruh siswa
4.
Angket respon siswa
Data yang diperoleh mengenai pendapat siswa terhadap PBM dengan
tugas pembuatan TTS dianalisis dengan rumus sbagai berikut :
f x 100%
P =
N
Keterangan : P = persentase jumlah
responden
f = jumlah
jawaban responden
N= jumlah
responden
Respon siswa dikatakan positif jika persentase rata-rata siswa >
60%
BUKU SISWA
INVERTEBRATA
A. Pengertian Invertebrata
Invertebrata berasal dari kata in (tidak) dan vertebrata (tulang belakang). Jadi Invertebrata adalah hewan
tingkat rendah yang tidak mempunyai tulang belakang. Invertebrata meliputi kelompok
hewan yang sangat luas terdiri dari kira-kira 19 filum, diantaranya adalah Protozoa, Porifera, Coelenterate,
Platyhelminthes, Nemathelmintes, Annelida, Mollusca, Arthropoda dan
Echinodermata. Namun, yang akan dibahas dalam buku ini hanya Protozoa.
B. Protozoa
Protozoa berasal dari kata protos (pertama) dan zoon (hewan). Protozoa termasuk organisme kosmopolit. Ada yang hidup di dalam air, di tempat-tempat
basah atau lembab, dan ada juga yang hidup sebagai parasit atau saprofit. Tiap
protozoa merupakan kesatuan lengkap yang sanggup melakukan semua fungsi
kehidupan yang pada jasad lebih besar dilakukan oleh sel-sel khusus.sebagian
besar protozoa hidup bebas di alam, tetapi beberapa jenis hidup sebagai parasit
pada manusia dan binatang. Ilmu yang mempelajari tentang kehidupan dan
klasifikasi protozoa adalah protozoologi.
1.
Ciri-ciri dan sifat Protozoa
a.
Umumnya bersel satu dan
berukuran antara 3-1.000 µ
b.
Seluruh kegiatan hidupnya
dilakukan oleh sel itu sendiri dan dibantu oleh organel-organel sel
c.
Umumnya di dalam sel terdapat
satu inti.
d.
Bentuk tubuh ada yang selalu
berubah-ubah dan ada pula yang tetap, berbentuk oval dengan atau tidak
mempunyai flagel maupun silia.
e.
Reproduksi protozoa dengan
cara:
v Pembiakan aseksual, meliputi:
·
Belah pasang, pada tipe ini
satu parasit membelah menjadi dua parasit yang sama. Misalnya Amoeba,
flagellate dan ciliate.
·
Skizologi, pada tipe ini inti
membelah menjadi banyakdan masing-masing inti diliputi oleh protoplasma
sehingga terbentuk banyak merozoit(bagian).
·
Beberapa spesies berkembangbiak
pada stadium kista. Inti membelah, sehingga ekskistasi tiap kista dapat
mengeluarkan beberapa tropozoit baru.
v Pembiakan seksual
Pada pembiakan seksual tampak bersatunya dua sel, yaitu
syngami yang mungkin permanen atau tidak permanen. Pada pembiakan seksual
terbentuk sel kelamin, yaitu makrogametosit dan mikrogametosit yang setelah
belah reduksi menjadi makrogamet dan mikrogamet. Setelah terjadi pembuahan
terbentuk zigot.
v Pembiakan aseksual dan seksual bergantian. pembiakan
f.
Protozoa hanya dapat hidup dari zat-zat
organik dengan memakan bakteri atau mikroorganisme lainnya.
g.
Pada lingkungan yang kurang
baik, Protozoa akan mempertahankan
diri dengan membentuk kista.
2.
Klasifikasi Protozoa
Berdasarkan alat geraknya Protozoa, dibedakan dalam empat kelas,
yaitu Rhizopoda, Flagellata, Cilliata dan Sporozoa.
Gambar. 1: Klasifikasi Pro
a.
Rhizopoda (Sarcodina)
Contoh : Amoeba
proteus
Gambar. 2: Stuktur Amoeb
1)
Ciri-ciri dan sifat Rhizopoda
a)
Bersel Satu
b)
Alat gerak berupa juluran
sitoplasma yang disebut kaki semu (pseudopodia) dengan melakukan gerak amuboid.
c)
Bentuk tubuh tidak tetap yang
terdiri atas ektoplasma dan endoplasma
d)
Makanan berupa tumbuhan dan
hewan bersel satu lainnya.
Cara Amoeba
memperoleh makanan (proses fagositosis):
Gambar. 3: Proses Fagositosis
e)
Hidup di perairan yang
mengandung zat organik.
f)
Berkembangbiak secara vegetatif
dengan membelah diri.
Gambar. 4: Pembelahan Amoeba
2)
Peranan Rhizopoda bagi kehidupan manusia
Peranan Rhizopoda ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi
manusia.
a)
Peranan yang menguntungkan
1)
Foraminefera, endapan fosilnya membentuk
tanah globigerina yang berfungsi sebagai petunjuk adanya minyak bumi
2)
Radiolaria, endapan rangkanya membentuk
tanah radiolarian yang berfungsi sebagai bahan penggosok.
3)
Escherechia coli, hidup pada usus besar
manusia yang membantu proses pembusukan sisa-sisa makanan.
b)
Peranan yang merugikan
Entamoeba
histolytica, parasit pada usus halus manusia yang
meyebabkan penyakit disentri.
3)
Daur hidup Entamoeba histolytica
Dalam bentuk kista
merupakan stadium infektif yang dibentuk di dalam rongga kolon dikeluarkan bersama kotoran (feses) lalat atau benda lain makanan dimakan inang baru (misalnya
manusia)
Gambar. 5: Daur hidup Entamoeba histolytica
Keterangan:
Cysts : kista atau kapsul pelindung sel tubuh
Exystation : proses transformasi kembali menjadi bentuk
trophozoit
b.
Flagellata (Mastigophora)
Contoh : Euglena
viridis dan Astasia sp.
Gambar. 6: Struktur Euglena
1)
Ciri-ciri dan sifat Flagellata
a)
Bersel satu, bentuk tetap dan
tidak mempunyai rangka.
b)
Alat gerak berupa flagel
c)
Berbintik mata (stigma)
d)
Ukuran tubuh antara 35-60 µ
e)
Umumnya berkloroplas
f)
Kebanyakan hidup di air tawar
g)
Bersifat autotrof dan lebih
banyak memakan zat organik berupa larutan daripada zat padat (saprozoile)
h)
Berkembangbiak secara vegetatif
dengan membelah diri ke arah memanjang (longitudinal).
Gambar. 7: Pembelahan longitudinal Euglena
2) Peranan Flagellata
bagi kehidupan manusia
Peranan Flagellata ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan bagi
manusia.
i)
Peranan yang menguntungkan
Euglena, Volvox dan Pandorina, umumnya
hidup bebas di perairan dan memiliki kloroplas sehingga merupakan bagian dari
fitoplankton yang berperan sebagai produsen dalam ekosistem perairan.
j)
Peranan yang merugikan
1)
Trichomonas vaginalis,terdapat di dalam
vagina manusia yang menyebabkan peradangan (vaginitis). Mukosa vagina dan
serviks penuh dengan bercak-bercak merah. Peradangan ini menimbulkan rasa gatal
dan panas serta mengeluarkan banyak sekret yang dikenal sebagai keputihan.
2)
Leishmania donovani, menyebabkan
penyakit kala azar (leishmaniasis viceralis). Penyakit ini menyerang limpa,
hati dan kelenjar limfa.
3)
Leishmania tropica, menyebabkan penyakit
kulit (leishmaniasis culis atau oriental sore)
4)
Trypanosome gambiense, menyebabkan
penyakit tidur. Penularannya melalui gigitan lalat tse tse, yaitu Glossina palpalis dan G. tachinoides.
5) Trypanosoma rhodisiense, menyebabkan penyakit tidur. Penularanya melalui gigitan lalat tse
tse, yaitu G. morsitans, G. pallidepes,
dan G. swynnertoni.
6)
Trypanosome evansi, menyebabkan penyakit
surra pada hewan memamah biak dan anjing. Penularannya melalui gigitan lalat,
yaitu Tabanus dan Stomoxys.
7)
Trypanosome cruzy menyebabkan penyakit
chagas dengan kutu Triatoma sebagai
vektor.
2) Daur hidup Trypanosoma
Sebagian besar daur hidup Trypanosoma terjadi secara bergantian di tubuh inang vertebrata dan
invertebrata penularan invesi langsung atau tidak langsung dapat terjadi pada
vertebrata. Penularan langsung terjadi secara mekanis dalam bentuk Trypanosoma infektif. Pada penularan
tidak lanngsung, Trypanosoma harus
mengalami pertumbuhan di dalam tubuh seekor serangga pengisap darah, sebelum
menjadi infektif.
Gambar. 8: Daur hidup Trypanosoma cruzy
Keterangan :
Metacyclic :
tahap daur hidup suatu parasit ketika menginfeksi inang.
Midgut :
bagian tengah saluran cerna promitif pada embrio.
Hindgut : bagian perut belakang pada masa embrio yang
berdiferensiasi menjadi
usus halus atau
usus besar.
c.
Ciliata (Ciliophora)
Contoh : Paramecium
sp
Gambar. 9: skema paramecium Gambar.10: Paramecium
tampak dari mikroskop
1) Ciri-ciri dan sifat Cilliata
a)
Bersel satu dan bentuk tetap,
seperti telapak sandal atau sepatu
b)
Pada dinding sel dilengkapi
dengan rambut getar (silia) yang berfungsi sebagai alat gerak
c)
Mempunyai celah mulut yang
dilanjutkan dengan kerongkongan pendek dan dilengkapi dengan anus sel.
d)
Memiliki dua inti, yaitu inti
makro (makronukleus) dan inti mikro (mikronukleus).
e)
Terdapat rongga berdenyut
(vakuola kontraktil).
f)
Hidup di air tawar yang banyak
mengandung zat organik.
g)
Perkembangbiakan dilakukan
dengan dua cara, yaitu secara vegetatif dengan membelah diri dan secara generatif
dengan cara konjugasi.
Proses konjugasi Paramecium
adalah sebagai berikut :
a)
Dua Paramecium saling menempel pada bagian mulut
b)
Bagian dinding sel yang
berlekatan saling melebur, makronukleus lenyap, mikronukleus membelah secara
mitosis.
c)
Tiga mikronukleus lenyap,
tinggal satu mikronukleus pada masing-masing Paramecium.
d)
Mikronukleus membelah secara
mitosis sehingga terbentuk dua inti gamet. Inti gamet yng satu tetap diam dan
yang satu lagi saling bertukaran.
e)
Dua inti gamet melebur sehingga
pada masing-masing Paramecium
terbentuk inti zigot.
f)
Masing-masing inti zigot membelah
tiga kali sehingga terbentuk delapan inti.
g)
Empat inti menjadi
makronukleus, satu inti menjadi mikronukleus, dan tiga inti lenyap.
h)
Mikronukleus membelah secara
mitosis yang diikuti dengan pembelahan sel sehingga masing-masing Paramecium mendapat dua makronukleus dan
satu mikronukleus.
i)
Kemudian masing-masing Paramecium membelah lagi sehingga dari
satu Paramecium menghasilkan empat Paramecium baru.
Gambar.11: Pembelahan Paramaecium
2)
Peranan Paramecium bagi kehidupan manusia
Balantidium
coli dapat menyebabkan disentri (balantidiasis). B. coli adalah satu-satunya Cilliata yang bersifat pathogen dan
merupakan Protozoa usus manusia yang terbesar.
d.
Sporozoa
Contoh : Plasmodium
sp.
1 Plasmodium vivax
2 bentuk cincin
3bentuk cincin
yang matang/dewasa
4 trophozoit
5 trophozoit
6 schizont muda
7 schizont
8 schizont matang/dewasa
9 perkembangan gamet
10 gamet betina (♀)
11.
gamet jantan (♂)
Gambar. 12: Plasmodium vivax
Keterangan :
Schizont : tahap daur hidup aseksual
parasit malaria yang terbentuk dengan cara pembelahan ganda
e.
Ciri-ciri dan sifat Sporozoa
1)
Bersel satu dan dapat membentuk
semacam spora dalam suatu siklus hidupnya.
a)
Tidak mempunyai alat gerak.
b)
Bersifat parasit pada manusia atau
hewan.
c)
Berkembangbiak secara:
Ø Vegetatif dengan schizogoni, yaitu membelah diri di dalam tubuh
inang dan sporogoni. Yaitu membuat spora di dalam tubuh inang perantara.
Ø Generatif dengan peleburan dua gamet yang terjadi di dalam tubuh
nyamuk.
2)
Peranan Sporozoa bagi kehidupan manusia
Plasmodium merupakan parasit manusia. Ada tiga spesies utama
yang merupakan parasit pada manusia yaitu:
Ø Plasmodium vivax, menyebabkan malaria tertiana dengan masa sporulasi setiap 2 x 24
jam.
Ø Plasmodium falciparum, menyebabkan malaria tropika dengan masa sporulasi setiap 1 x 24
jam.
Ø Plasmodium malariae, menyebabkan malaria kuartana dengan masa sporulasi setiap 3 x 24jam.
Spesies ke empat yang jarang tetapi
juga parasit pada tubuh manusia adalah Plasmodium
ovale yang menyebabkan malaria ovale. Pada waktu sporulasi, suhu badan
penderita menjadi naik. Penyerangan sporozoit-sporozoit terhadap sel-sel darah
menyebabkan penderita kekurangan darah merah.
3)
Daur hidup Plasmodium
Gambar.13: Daur hidup Plasmodium
Ø Daur hidup Plasmodium dimulai
dari infeksi sporozoit yang dilakukan oleh tusukan nyamuk Anopheles betina.
Ø Sporozoit menyerang eritrosit manusia yang kemudian berkembang biak
secara vegetatif menjadi merozoit. Tahap perkembangan tersebut disebut sporulasi
yang merupakan masa perkembangan aseksual Plasmodium.
Ø Merozoit masak menyebabkan eritrosit pecah. Merozoit yang bebas siap
menyerang eritrosit baru.
Ø Diantara merozoit ada yang berkembang menjadi sel gamet (gametosit).
Ø Jika gametosit terhisap oleh nyamuk maka gametosit akan berkembang
menjadi gamet jantan (mikrogametosit) dan gamet betina (makrogametosit) di
dalam perut nyamuk.
Ø Mikrogamet dan makrogamet mengalami perkawinan sehingga terbentuk
zigot.
Ø Zigot menembus dinding usus nyamuk dan berubah menjadi ookista.
Ø Ookista di jaringan bawah usus nyamuk membelah membentuk sporozoit.
Ø Sporozoit dari jaringan bawah usus menerobos dinding kelenjar ludah.
Jika nyamuk menusuk kembali orang yang sehat maka sporozoit masuk ke dalam
tubuh orang tersebut. Dengan demikian terjadi penyebaran kembali.
Pemberantasan nyamuk malaria antara
lain dengan cara:
Ø Membasmi sarang-sarang perindukan
Ø Membunuh larva dengan insektisida
Ø Mengurangi jumlah nyamuk dewasa
Melindungi orang-orang yang peka
terhadap nyamuk dengan cara sabagai berikut:
Ø Mencegah jangan sampai ditusuk nyamuk dengan memasang kawat kasa
atau kelambu
Ø Menggunakn obat kimiawi yang supresit untuk mencegah pembiakan
parasit di dalam eritrosit secara aseksual
Ø Donor darah hendaknya dari orang yang tidak pernah mendapat serangan
malaria.